IMMawan Fian
IMM merupakan suatu organisasi mahasiswa islam yang berada dibawah naungan organisasi Muhammadiyah dan bergerak dibidang yang mengedepankan intelektual, jiwa spiritual dan juga sosial. Perkaderan dilakukan sebagai bentuk orientasi terhadap khalayak yang ingin mengenal orgaisasi IMM agar memiliki pemahaman mengenai bagaimana gambaran yang ada didalamnya seperti tujuan IMM yakni mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Tidak hanya itu, terdapat juga enam penegasan IMM, Identitas IMM, Trilogi IMM yang menjelaskan secara rinci mengenai ideologi atau pemikiran yang dipercaya daripada organisasi sebagai tujuan kedepannya (yakni: Keagamaan, Kemahasiswaan, Kemasyarakatan), Tri Kompetensi Dasar atau Trikoda (yakni: Religiusitas, Intelektualitas, Humanitas) sebagai bentuk implementasi yang nantinya akan diterapkan kepada Masyarakat, dan juga nilai dasar yang ada pada ikatan.
Perkaderan menjadi suatu agenda serta proses yang sangat penting untuk eksistensi gerakan Muhammadiyah yang berkelanjutan dari tingkat sebelumnya, maka daripada itu perlu dioptimalkan dari bentuk ikatan yang ada pada IMM yang dapat menjadi wadah sebagai penyelaras intelektualitas dan juga akidah termasuk sosial yang tidak dapat dipungkiri. Seperti yang sudah diketahui, IMM dan Gerakan Muhammadiyah merupakan erat kaitannya dengan islam, maka sistem perkaderannya juga mengikuti Rasulullah Saw. yang prosesnya dilakukan secara bertahap dalam penyampaiannya. Perkaderan Rasulullah Saw. dilakukan dengan cara yang mudah dipahami dan menggembirakan namun tetap memberikan serta mengokohkan tauhid, menegakkan ibadah dan memberikan contoh akhlaq yang baik, serta menerapkan syariat dikehidupan sosial politik. Rasulullah Saw. secara langsung memberikan contoh sebagai tolak ukur dalam berdakwah dan hal ini menjadi suatu integritas tersendiri yang nantinya para sahabat dan masyarakat sekitar menjadikannya sebagai contoh dalam melakukan kehidupan sebab kehadiran Rsulullah Saw. ditengah-tengah masyarakat jahiliyah sebagai penyempurna akhlak. Melihat keteladanan Rasullah Saw. dalam berdakwah maka kader IMM harus dapat memberikan cerminan profil kader ikatan seperti dengan keyakinan serta sikap keagamaan yang maksimal pada kedepannya agar dapat memberikan perbedaan warna di masyarakat mengenai niai-nilai islam. Kader yang bergerak pada lingkup mahasiswa ini tentunya diharapkan dapat memiliki wawasan serta memutus cara berpikir yang sempit dalam hal apapun itu yang mana kebodohan yang ada menjadi dasar kebelengguan berdirinya Muhammadiyah dan harus kita hilangkan seperti kepercayaan animisme, dinamisme dan juga penyakit TBC (Tahayul, Bid’ah, dan Churafat).
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah organisasi yang mengakar pada nilai-nilai keislaman, menjadikan spiritualitas sebagai salah satu pilar utama pembentukan kadernya. Spiritualitas kader IMM tidak hanya berbicara mengenai hubungan individu dengan Tuhan, tetapi juga mencakup kesadaran akan tanggung jawab sosial sebagai manifestasi dari nilai-nilai religius. Dalam setiap langkah perjuangannya, kader IMM senantiasa berusaha menyeimbangkan dimensi keimanan dan amal salih, sebagaimana diajarkan oleh ajaran Islam yang menyeluruh. Sebagai kader yang terinspirasi oleh prinsip Al-Qur’an dan As-Sunnah, kehidupan spiritual kader IMM diarahkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aktivitas seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, shalat berjamaah, hingga puasa sunnah menjadi praktik rutin yang diupayakan kader IMM dalam rangka memperkuat ikatan ruhaniah. Hal ini bertujuan agar kader memiliki keteguhan hati, keikhlasan, serta ketenangan batin dalam menghadapi tantangan kehidupan, baik dalam dunia organisasi maupun di luar itu. Selain aspek personal, spiritualitas kader IMM juga diwujudkan dalam kontribusi sosial. Prinsip “amar ma’ruf nahi munkar” menjadi dasar perjuangan mereka dalam mendakwahkan nilai-nilai Islam secara inklusif. Dalam konteks ini, kader IMM diajak untuk peka terhadap persoalan umat, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan krisis moral yang ada di masyarakat. Aktivitas-aktivitas sosial seperti bakti sosial, pendidikan dakwah, hingga advokasi terhadap hak-hak masyarakat lemah sering kali menjadi ruang aktualisasi spiritualitas kader IMM.
Di sisi lain, spiritualitas kader IMM juga tercermin dalam budaya diskusi dan pengkajian yang menjadi ciri khas organisasi ini. Dengan mengedepankan prinsip intelektualitas yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, kader IMM berupaya menjawab tantangan zaman melalui pendekatan yang berbasis pada etika dan moral Islam. Kesadaran religius ini mendorong kader untuk terus mengembangkan diri secara akademis dan spiritual agar mampu menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat. Keseluruhan proses pembinaan spiritual ini menjadikan kader IMM tidak hanya sebagai individu yang taat beragama, tetapi juga sebagai agen perubahan yang memiliki komitmen tinggi terhadap pembangunan umat. Nilai-nilai keimanan yang terinternalisasi dalam diri kader menjadi modal utama dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin masa depan yang berintegritas. Dengan demikian, spiritualitas kader IMM bukan hanya sebatas ritual, melainkan menjadi sumber inspirasi untuk terus berkarya demi kebaikan umat, bangsa, dan agama.
Sosial kader menjadi salah satu aspek penting dalam pembinaan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Kader IMM diharapkan tidak hanya menjadi individu yang cerdas secara intelektual, namun juga memiliki kepekaan terhadap sosial yang tinggi. Dalam hal ini, sosial kader IMM menitikberatkan pada penguatan nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian, dan kebermanfaatan bagi masyarakat luas tanpa membeda-bedakan. Hal ini sesuai dengan misi IMM sebagai organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan pendidikan. Kegiatan sosial kader IMM biasanya diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti pengabdian terhadap masyarakat, program bantuan sosial, edukasi kesehatan, hingga pengembangan komunitas berbasis kearifan lokal. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, kader IMM dilatih untuk memahami kondisi masyarakat, mengenali permasalahan yang ada, dan mencari solusi yang relevan serta berkelanjutan. Tidak hanya itu, kegiatan sosial ini juga menjadi sarana untuk membangun empati dan solidaritas, baik antar sesama kader maupun dengan masyarakat. Tidak hanya itu, sosial kader juga berfungsi sebagai wadah pembentukan karakter kader yang responsif terhadap tantangan zaman. Dalam era modern ini, kader IMM dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial, seperti ketimpangan ekonomi, isu lingkungan, dan disrupsi teknologi. Oleh karena itu, melalui sosial kader, IMM berupaya membekali anggotanya dengan kemampuan adaptasi, inovasi, serta semangat untuk terus berkontribusi positif di tengah masyarakat. Pendekatan sosial kader IMM juga mengintegrasikan nilai-nilai Islam sebagai pedoman utama. Kader IMM diajarkan untuk menjadikan ajaran Islam sebagai landasan dalam setiap langkah sosial mereka, sehingga kehadiran mereka di tengah masyarakat tidak hanya membawa solusi praktis, tetapi juga memberikan dampak moral dan spiritual yang baik. Dengan demikian, sosial kader menjadi bagian integral dalam proses pembentukan kader IMM yang paripurna, yaitu kader yang memiliki keimanan kokoh, wawasan luas, dan kontribusi nyata untuk umat.
Proses Perkaderan IMM ditekankan mengenai trilogi IMM yang meliputi keagamaan, kemahasiswaan, dan kemanusiaan dapat diibaratkan sebagai tiga sisi dari sebuah segitiga yang saling terhubung dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiga unsur ini memiliki peran yang sama pentingnya dalam membentuk identitas dan tujuan utama IMM sebagai organisasi. Keagamaan menjadi landasan spiritual dan moral yang mengarahkan setiap langkah kader IMM, kemahasiswaan menjadi ruang untuk pengembangan intelektual dan peran kritis di dunia akademik, sementara kemanusiaan menjadi wujud nyata dari kepedulian sosial dan tanggung jawab kader terhadap masyarakat. Seperti segitiga yang hanya bisa berdiri kokoh jika semua sisinya saling mendukung, trilogi ini juga saling melengkapi untuk menciptakan keseimbangan dalam perjalanan kaderisasi. Tanpa salah satu unsur tersebut, misi IMM sebagai organisasi yang berorientasi pada pembentukan kader yang unggul dan berdaya guna bagi agama, bangsa, dan kemanusiaan tidak akan tercapai secara utuh. Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai keagamaan, kemahasiswaan, dan kemanusiaan dalam setiap aktivitas IMM menjadi sebuah keharusan yang tidak dapat diabaikan. Dengan memahami trilogi ini, kader IMM diajak untuk selalu menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam setiap aktivitasnya, mengembangkan potensi diri melalui pendidikan dan peran kemahasiswaan, serta mengabdikan diri untuk masyarakat sebagai wujud nyata implementasi ajaran Islam. Keselarasan ketiga unsur ini menjadi fondasi yang kuat dalam membentuk karakter kader IMM yang tidak hanya religius, tetapi juga intelektual, progresif, dan berkontribusi secara signifikan bagi kebaikan umat manusia.
Penulis : Ahmad Favian Maulana