Revitalisasi Kaderisasi IMM di Bangkalan: Menjawab Tantangan, Merawat Gerakan

 

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi kemahasiswaan Islam yang telah eksis sejak 14 Maret 1964. Sebagai organisasi otonom di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah, IMM memikul peran strategis dalam menjalankan misi dakwah, khususnya di kalangan mahasiswa, baik di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) maupun perguruan tinggi umum lainnya. Selama lebih dari lima dekade, IMM dikenal sebagai organisasi yang konsisten dalam melaksanakan kaderisasi guna mencetak kader umat dan kader bangsa yang intelektual, militan, serta berintegritas.

Seiring perkembangan zaman yang kian dinamis, IMM dituntut untuk bersikap adaptif dan responsif dalam menjalankan perannya. Gagasan John Dewey tentang pendidikan progresif menekankan pentingnya relevansi antara pendidikan dan realitas kehidupan, serta menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif dalam proses belajar. Paradigma ini dapat menjadi inspirasi dalam merancang proses kaderisasi IMM agar tidak sekadar bersifat teoritis dan formal, melainkan menyentuh kesadaran dan kehidupan nyata para kader.

Di Bangkalan, proses kaderisasi IMM telah mengalami banyak perkembangan, khususnya dari sisi metode. Pendekatan interaktif seperti diskusi kelompok, studi kasus, refleksi nilai, bahkan pelibatan budaya lokal telah digunakan dalam berbagai forum perkaderan. Namun, meskipun metode yang digunakan tergolong partisipatif dan progresif, tantangan tetap muncul, terutama dalam hal menarik perhatian kader dan penyampaian esensi nilai-nilai IMM secara mendalam. Banyak kader yang mengikuti kegiatan secara formal, tetapi belum sepenuhnya menangkap makna ideologis maupun nilai perjuangan IMM dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Situasi ini menunjukkan bahwa tantangan kaderisasi bukan semata-mata pada teknis metode, melainkan terletak pada bagaimana proses penyampaian, penguatan makna, dan pendampingan dilakukan secara konsisten dan menyentuh aspek afektif kader. Lemahnya proses internalisasi nilai, loyalitas, dan militansi kader bukan karena metode yang tidak memadai, tetapi karena kurangnya ruang pendalaman makna, pendampingan pra atau pasca-kegiatan, dan iklim yang mendukung pertumbuhan spiritual-intelektual secara utuh.

Untuk menjawab tantangan tersebut, revitalisasi kaderisasi perlu diarahkan pada penguatan spirit dan ruhul jihad kader. Program mentoring yang lebih personal, ruang-ruang dialog antar-kader lintas generasi, serta forum reflektif yang tidak hanya bersifat teoritis tetapi menyentuh aspek kehidupan nyata kader, perlu diintensifkan. Pendekatan ini selaras dengan pemikiran Kuntowijoyo yang menekankan pentingnya pembentukan kesadaran historis dan ideologis, serta pemikiran Paulo Freire yang mendorong pendidikan sebagai proses dialogis kritis.

Selain itu, penting pula untuk memperkuat narasi organisasi yang membumi. Nilai-nilai IMM seperti humanisme, intelektualitas, dan spiritualitas harus dikontekstualisasikan dalam realitas kader di kampus dan masyarakat. Misalnya, penguatan nilai intelektualitas tidak hanya berhenti aktivitas baca-tulis, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan sosial yang kritis dan solutif. Demikian pula nilai spiritualitas tidak cukup diajarkan dalam ruang materi, tetapi harus hidup dalam keseharian kader melalui keteladanan dan pembiasaan.

Akhirnya, sistem evaluasi kaderisasi juga perlu ditinjau ulang. Evaluasi tidak cukup hanya mengukur kehadiran atau kelulusan kegiatan, tetapi harus menyentuh aspek perubahan sikap, kematangan berpikir, dan keterlibatan kader dalam gerakan IMM secara nyata. Proses ini menuntut keseriusan, kesabaran, dan komitmen bersama antarstruktur dan kader.

Dengan demikian, revitalisasi kaderisasi IMM di Bangkalan bukan hanya soal pembaruan metode, melainkan juga soal peneguhan makna, penguatan ruh gerakan, dan penanaman visi kolektif. Dalam semangat pembaruan dan keberlanjutan, IMM tetap memiliki potensi besar untuk menjadi ruang pembibitan kader perubahan yang siap berkontribusi bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan.

Sumber:
–Freire, P. (2019). Pendidikan Kaum Tertindas. Yogyakarta: Narasi.
–Khittah.co. (2023). Pengembangan Kurikulum Perkaderan IMM: Menjawab Tantangan Zaman. Diakses pada 4 Agustus 2025, dari [https://khittah.co/pengembangan-kurikulum-perkaderan-imm-menjawab-tantangan-zaman/](https://khittah.co/pengembangan-kurikulum-perkaderan-imm-menjawab-tantangan-zaman/)
–IMM UNIMUS. (2023). Revitalisasi Transfer of Knowledge dan Value dalam Kaderisasi Ikatan untuk Mewujudkan Kader yang Militan. Diakses pada 4 Agustus 2025, dari [https://ad.imm.unimus.ac.id/revitalisasi-kader/](https://ad.imm.unimus.ac.id/revitalisasi-kader/)

Penulis: Eka Ilmiyatun Nisa

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top